Kamis, 21 November 2013

How beautiful








Sekelompok burung itu berada di Taman Suropati dan pemandangan lainnya diambil dari istana tercinta.

November

Aku mulai paham bahwa setiap orang punya posisi yang berbeda di kehidupan orang lain. Aku paham bahwa aku dan dia sama-sama memiliki tempat istimewa tapi letaknya yang berbeda. I've never told you before but you've been the most important person for me, Le. Tepat di hari ini, 21 November 2013, satu tahun yang lalu perkenalan kita dimulai. Bersama lagu ini, fix you, aku telah melewati segala rintih pilu dan juga tawa karenamu. Mungkin tanpa kamu ketahui. Lagu ini mengandung magis lirih masa lalu antara kau dan aku. Mungkin lagu ini hanya satu yang kau sisakan untukku, tanpa kau sadari tentunya. Malam itu, di ruang merah, kita masih bahagia. Setelahnya, kita bukan siapa-siapa. Dan mungkin lagu ini ditakdirkan untuk menemaniku saat kamu tak lagi ada di sisi dan di saat aku tak lagi ada di hatimu. Kamu memintaku untuk menuntunmu pada terang, sama halnya seperti lagu ini. Mungkin itu hanya masa dimana aku menginginkannya menjadi nyata. Ya, aku yang nyata di harimu. Masa itu adalah masa lalu, but I will try to fix you always. If you say some words to me before we have a distance like now, maybe I would stay here forever for you, Le..
Tapi tanpa kamu berkata apapun, hingga detik ini rasaku masih bertahan. Aku masih mencintaimu. Kau adalah permata yang dirindu, embun yang dinanti.

Diketik pada 21 November 2013 pukul 22.00 ditemani fix you yang mengalun dari handphone-ku, saat aku teramat lelah karena segala aktifitas hari ini, namun aku ingin menulisnya di sini karena tulisan dapat mengatakan apa yang kurasa. Perasaan yang  tak pernah kubagi dengan orang lain.

"Lights will guide you home"
Selamat malam, Le.

Rentang Satu Tahun

November tahun ini adalah satu tahun aku mengenalmu dan Desember tahun ini, tepat satu tahun aku mencintaimu (jika rasaku masih bertahan). Aku masih ingat awal perkenalan kita. Cinta yang berawal dari sebuah ‘hai’ akibat kecanggihan teknologi. Sapa pertamamu memiliki arti, untukku. Ternyata setiap harinya kita berada di gedung yang sama. Sebuah ‘hai’ yang tidak bertahan lama. Namun ternyata, Tuhan mempertemukan kita dalam beberapa kejadian di gedung itu, yang tentunya tak perlu kusebutkan satu per satu. Kata orang, kebetulan tidak terjadi berkali kali. Sedangkan kebetulan yang ada dalam kisah ini terjadi lebih dari tiga kali sehingga terjadilah sapa-menyapa di antara kita . Kebetulan atau takdirkah ini? Apakah Tuhan memiliki rencana lain untuk kisah ini? Aku ingat saat kamu berkata bahwa, “siapa pun yang bertanya tentang kita, akan aku katakan bahwa perkenalan ini dimulai karena sapamu. Sapamu yang membuat kita sedekat ini. Aku tidak akan mengatakan pada mereka bahwa aku yang terlebih dahulu menyapamu.”
Rasaku sering pergi dan kembali. Kembalinya membuatku sadar bahwa aku tak pernah benar-benar berhenti mencintaimu. Namun untuk kali ini izinkan rasaku untuk benar-benar pergi dan takkan kembali pada sebuah masa yang seharusnya tak lagi kurasakan. Ya, masa kepiluan. Kamu yang dapat membangkitkanku namun mengapa harus kamu pula yang menjatuhkanku? Aku bukan reparasi yang selalu menjadi tempat perbaikanmu. Kamu ibarat mainan anak-anak. Aku yang memperbaikimu namun bukan aku yang dapat memainkanmu (baca: memilikimu).
“Yang banyak menanti bukan selalu jadi penikmat. Yang lebih membutuhkan tidak selalu dilihat. Yang merapikan tidak selalu diperuntukkan untuk bersama. Begitukah saya sebagai tokoh ‘yang’ di kehidupanmu?” Diketik saat takbir berkumandang, saat hari kemenangan hampir tiba, dan saat hari pukul 01.18 (Kamis, 8 Agustus 2013)
Jika memang bukan aku yang kamu inginkan untuk menggenapkan ganjilmu, pergilah. Tinggalkan dengan satu kepastian. Tinggalkan dengan rasa sakit yang sangat dalam namun hanya satu masa. Jangan pergi kemudian kembali. Kepergianmu meninggalkan luka. Aku benci. Tapi kembalimu selalu dapat melengkapi bagian yang sirna.
“Aku butuh kamu untuk menggenapkan rasa ini. Rasa ini hanya satu dan hanya dariku. Bukan darimu. Ya, satu, ganjil, dan sendiri. Mengapa kamu? Karena kamulah yang hatiku mau. Tapi nyatanya, kamu telah menggenapkan rasa orang lain. Sosokmu nyata namun rasamu semu. Kadang iya dan kadang tidak. Sehari kau jadikan aku wanita paling bahagia dan esok kau jadikan aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Aku masih mengingat segala tentangmu walau segala itu pilu. Aku harus berkata apa agar tak ada kesakitan ini? Aku harus bertindak bagaimana?marah kemudian berlaku kasar?aku tak mampu. Karena kamu pun menolak untuk kupertahankan. Dan pada akhirnya aku hanya membiarkanmu bersamanya.” (Selasa, 25 Juni 2013, pukul 22.23)
Saat cinta dan rindu untukmu meranum, kamu mengatakan sesuatu yang sangat menusukku. Dan kini sosoknya tak lagi kelabu, sosoknya nyata di harimu. Dia milikmu walau entah apa status di antara kalian, tapi setidaknya, hatinya selalu untukmu. Aku paham itu. Berbahagialah kamu, lelaki berkumis tipis.
***
Ketika peluhku tak lagi berarti
Ketika hanya namanya yang selalu kau ingat
Ketika jerit tangisku tak pernah kau dengar
Dan ketika pintaku tak lagi kau gubris
Mengapa aku masih membutuhkanmu?

Semua jelas adanya
Bahwa hanya dia, bukan aku
Kamu membutuhkanku untuk merapikan dirimu
Saat semua sudah sempurna,
Kesempurnan itu kamu berikan kepadanya
Termasuk kesempurnaan cintamu

Mengapa aku masih membutuhkanmu?
Mengapa aku masih sanggup membantumu
padahal air mata ini tak henti menetes?
Mengapa aku masih menjagamu ketika sebenarnya aku lelah?
Karena aku mencintaimu
Mencintaimu ….

Tapi apa pernah kau
membutuhkanku lebih dari sekedar itu?
Pernahkah kau membutuhkanku
seperti halnya aku membutuhkanmu?
Aku membutuhkanmu sebagai kekuatanku
Tapi kamu membutuhkaku
sebagai persinggahan
Sementara dan takkan abadi  
***
Aku terlalu lelah selalu kau bandingkan dengannya. Aku adalah aku yang tak akan pernah menjadi dirinya. Katamu, kita berdua akan bahagia jika telah ditempa rasa sakit yang hebat. Lalu aku mengatakan “Aku telah kamu sakiti dengan kesakitan yang hebat. Tidak sekali, melainkan berkali-kali. Apa aku masih tidak pantas untuk bahagia bersamamu?” Kamu hanya diam seribu bahasa, menutup mulutmu rapat-rapat seakan apapun yang kamu katakan adalah salah. Aku tahu jawabannya. Bukan karena aku  tak pantas bahagia bersamamu, tapi karena rasa sucimu hanya untuknya. Aku terlalu lemah untuk kau buat tegar dan aku menyerah. Terkadang aku berpikir, aku yang tidak layak untukmu atau kamu yang tidak layak untukku?
Aku tidak pernah membandingkanmu dengan masa laluku, karena aku tahu setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda. Mungkin, kelebihan untuk memahami diri kita. Alasanku tidak pernah membangdingkanmu dengannya adalah karena aku tahu kamu jelas lebih baik darinya, karena kamu yang berhasil menghapus air mataku untuk pertama kalinya. Kalaupun kamu tak lebih baik darinya, aku tidak akan membandingkan kalian dan mengatakannya di depanmu karena seseorang di masa lalu dengan seseorang di masa kini harus aku beri batasan. Jika aku mau, aku bisa katakan bahwa kamu tidak ada apa-apanya dibanding dia dalam memahamiku karena 7 tahun aku dan dia saling mengenal namun aku tidak pantas berkata demikian karena batasan yang aku katakan tadi. Setiap orang memiliki posisi yang berbeda beda di kehidupan orang lain. Dan karena itu, aku sadar bahwa sampai kapan pun posisi seseorang yang sekarang nyata dalam hidupmu menempati taktha paling tinggi. Dan aku tidak ada apa-apanya.
Aku mencoba untuk dewasa menyikapi apa yang terjadi dalam kisah ini. Dengan begini, secara tidak langsung kamu membiarkanku untuk kembali ke masa lalu. Padahal, jika kamu segan untuk aku pertahankan, aku memilih untuk tetap tinggal walaupun masa lalu itu kembali. Namun kenyataannya berbeda dan aku hanya dapat melepasmu seperti burung yang bebas bersinggah di sarang manapun. Bahagialah selalu dengan wanita pilihanmuJ

Diketik pada 9 Oktober 2013, 5.26 pm

Rabu, 20 November 2013

Setitik

Rindu yang masih sama dan rindu yang masih untukmu. Rindu ini selalu lirih memanggil nama pemiliknya dalam diam, tanpa suara. Ya, rindu milikmu. Begitu juga perasaan ini masih milikmu. Apakah kamu juga merasakan yang sama sepertiku walau hanya setitik? Mungkinkah setitik yang akan membawa kita pada suatu ketika tentang penyatuan?Setitik.....semogaaa...

Selasa, 19 November 2013

ADA

Ada wanita yang harusnya kau jadikan kesayangan
Ada hati yang seharusnya tak kau lukai
Ada luka yang tak seharusnya kau kupas lagi
Ada rasa yang seharusnya tak kau hindari
Dan ada celah untuk tidak memberi harapan
saat rasa itu tak benar-benar ada

Setiap rasa punya harapan
Dan di rasa itulah aku menggantungkan harapanku, padamu.
Ada wanita yang selalu menjadi pertama di hidupmu
Tapi ada aku yang tak seharusnya kau jadikan pilihan kedua

Ada rasa yang tlah melebur dalam jiwa, tak seharusnya rasa itu pergi
dan menghilang
Rasaku. Bukan rasamu.
Ada rasa yang harusnya kamu pertanggungjawabkan (baca: rasamu yang tlah menjadi pengharapanku)
Ada rasa yang tak bisa dipaksakan untuk bersamaku. Itu juga rasamu.

Dibuat beberapa bulan lalu, saat rasaku terlalu lelah untuk menyetarakan rasamu yang pada nyatanya takkan menjadi rasa 'bersama'.