Kamis, 19 Desember 2013

Best Time!!

Heiiii everyone! Let me tell you about my journey on Sunday, 15th December 2013;) Telat sih buat ngepost ini, tapi lebih baik terlambat daripada ngga sama sekali kan?


Pukul 14.30 perjalanan itu dimulai. Pria tercintaku telah lebih dulu sampai di tempat yang kami jadikan awal untuk bertemu. Aku diantar oleh temanku karena kami baru saja selesai berkumpul. Dari kejauhan aku melihat, pria itu baru turun dari mobilnya mengenakan kaos berwarna broken white, celana jeans biru gelap, dan sepatu yang senada dengan jeans nya. Ah iya, aku lupa! Tidak ketinggalan kaca mata nya. Siapa yang kau kira tentang pria itu?Teman, sahabat, atau kekasih?Semuanya salah. Pria itu adalah ayahku.

Hal yang aku pertama aku lakukan adalah mencium tangannya dan ia mengusap kepalaku. Akhirnya kami baru benar-benar mengawali perjalanan kami hari itu. Mobil melajukan arahnya ke arah pusat kota Jakarta. Kami terkena macet saat perjalanan padahal aku sudah menjadwalkan untuk menonton pukul 15.35. Aku sampai di tempat tujuan, Plaza Indonesia, Thamrin. Hari Minggu kemarin adalah hariku. Aku yang merencanakan semua tempat tujuan itu.Ya, ayah setia berjalan di sampingku, mengikuti kemanapun aku mau. Akhirnya, kami makan di Pizza e Birra. Kami berada di sana sekitar 2 jam untuk makan serta menceritakan apapun yang kami ingin ceritakan. Kami juga mengambil beberapa foto. Dan ini hasilnya......



Setelah itu, ayah memaksaku untuk mencicipi Haagen Dazs. Katanya, itu adalah toko ice cream yang sangat enak. Kami membeli satu cup yang medium karena sudah makan sebelumnya. Benar saja, rasanya enak. Atau karena menikmatinya berdua?Entahlah...

Perjalanan selanjutnya adalah solat Ashar yang terlalu lewat wkwk dan.......nonton. Yay! Kami menonton film Soekarno di Premiere ex pukul 18.05 dan selesai pukul 20.30. 


Ayah mengajakku ke Menara BCA untuk menikmati lantai paling atas atau sering disebut Skye 56. Aku ingin sekali menikmati dingin serta langit malam dari lantai 56 tetapi sayang sekali aku belum cukup umur ternyata. Harus berusia 19 tahun ke atas untuk dapat menikmati Skye dari terasnya. Sebenarnya boleh seusiaku ke teras di Skye tapi hanya sampai pukul 17.00 karena selepas jam itu sudah digunakan untuk party. Entah party yang seperti apa. Akhirnya aku hanya menikmati Skye dari restaurant nya saja. Waktu menunjukan pukul 22.00 dan kami pun pulang.

 skye 56

Radio di mobil memutar lagu Jodoh Pasti Bertemu dan kami menyanyikannya berdua. 

Seketika, ayah berkata "Tenang aja kak, kalau jodoh pasti bertemu di pelaminan".

"Iya, itu suatu hal yang pasti, yah". Entah, rasanya sangat pas sekali dengan apa yang sedang kurasakan saat ayah mengatakan itu.

"Yaa jodoh itu bertemu di pelaminan." ulangnya lagi

"Iya iya".

"Walaupun ketemu di pelaminan sebagai tamunya". Dan tawa kami pecah seketika.

Oiya, dari tadi hanya ayah yang kubicarakan. Ini mamaku 


Aku cinta kalian, ma, yah.. In my heart, soul, mind, and day. Two of you always there
Thank you dad for the quality time. Mwah!:*


Kamis, 12 Desember 2013

DESEMBER

Thanks God, it's happen! 

Desember tahun ini bukan Desember yang memilukan, ya bisa dibilang begitu. Terima kasih ya Allah, Engkau telah meluruskan segalanya. Engkau berikan kemudahan untukku dalam UAS, hasil yang tidak mengecewakan, DEC Competition berlangsung sesuai dengan yang aku inginkan, beberapa hari lagi aku akan menghabiskan waktu dengan bertemu dengan lelaki kebanggaan (baca : ayah), dan yang terpenting adalah sekarang aku berkawan dengan bidadari. 

Teramat banyak nikmat yang Engkau limpahkan namun syukurku tak seberapa. Namun, izinkan hamba-Mu mengucapkan hamdallah. Dan dengan banyaknya nikmat ini membuatku bersyukur dan mengambil hikmah atas setiap kejadian yang Kau takdirkan untukku.

Untukmu, bidadari. Maafkan aku yang telah salah menilaimu. Kamu punya hati yang sangat tulus. Pengorbananmu untuk lelaki itu lebih banyak daripada pengorbananku padanya dan di titik itulah aku merasakan ada sebuah titik balik. Titik balik dimana aku harus memutar arah yang tak bisa kupaksakan untuk tetap berjalan lurus. Ini saatnya aku berkata 'mampu'. Aku mampu menanggalkan semuanya, aku mampu mengatur mindsetku, aku mampu menerimamu, dan aku mampu menyimpan kenangan itu sangat dalam hingga tak ada satupun yang tahu sejarah masa lalu itu. Kenangan itu akan kusimpan untukku sendiri, takkan kubagi dengan yang lain.

Untukmu, pria manis. Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan. Maafku telah terulum dari bibir dan itu ikhlas untukmu. Terima kasih karena selama ini telah menjadi sosok laki-laki dewasa untukku sebagai pelipur lara saat aku merindukan figur seorang ayah, walau tak seberapa lama. Namun kini tak ada lagi sosok itu. Semua pilu tak bisa lagi kubagi denganmu. Aku pikir, kamu yang selalu menjadi tempat pertama untuk tawa dan tangisku. Tapi, Tuhan tlah mentakdirkan semuanya sampai di sini. Mungkin waktumu denganku tlah habis. Maafkan aku yang tak bisa memberikan pundakku sebagai sandaranmu, kaki yang tak bisa berjalan untuk menemanimu yang sendiri, dan tangan kecil yang menghapus air matamu (lagi). Maafkan aku.

I have to go..

Sejujurnya aku ingin mengenal keluargamu lebih dalam. Aku ingin keluargamu mengenalku seperti mamaku yang mengenalmu dengan baik. Aku hanya tak sanggup saat aku telah terbiasa kemudian wanita tercintaku bertanya tentangmu. Mungkin saat itu, mama merindukanmu. Tapi sudahlah, aku tak bisa berbuat yang tak bisa kulakukan. Semoga kamu menemukan wanita yang siap menyediakan pundak, kaki, serta tangannya untukmu selalu dalam segala keadaan. Sampai jumpa di lain masa, semoga di masa itu aku melihatmu telah menggunakan seragam coklat impianmu dan bahagia dengan wanita terkasih di sampingmu.

Namun aku tak munafik. Seperti katamu, semua tetap terukir. Ya, kamu pun tetap terukir.....di bagian masa laluku. I'm so glad to have you as my best I ever had.
Bahagia selalu, RPrdhn.

Minggu, 01 Desember 2013

Dia Kembali

Apa responmu saat mendengar atau membaca kata 'kembali'? Pasti ada sebuah rona bahagia di hatimu, karena yang berjudul 'kembali' adalah pulang, menuju tempat semula. Tempat semula yang dijadikan tempat persinggahan, seperti rumah.

Namun permasalahan kali ini bukan kembali pada sebuah tempat bernama hati yang berkepemilikan gadis kecil. Dia kembali pada sebuah tempat bernama rumah (baca : hati) pijakannya, dulu. Atau dengan kata lain sang bidadari di matanya. Dia kembali padamu wahai bidadari. Menurutnya, hatimu adalah rumah tempat kembali. Rumah adalah tujuan terakhir walaupun banyak tempat lain yang jauh lebih istimewa. Rumah adalah tempat peristirahatan yang mampu menyejukkan jiwa. Karena rumah adalah tempat kita berada yang semestinya.

Mataku membaca sederet kalimat darinya di jejaring sosial dan itu ditujukan kepada sang bidadari. Tak perlu penjelasan, aku paham apa yang terjadi. Sedetik kemudian, mata menitikan airnya. Air mata ini masih untukmu. Aku juga melihat sebuah foto yang diwarnai senyum bahagia dari dua anak manusia. Aku mengerti, bahkan sangat mengerti. Selamat hari lahir, bidadari. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan juga dia, yang pernah kucintai.


Tak seharusnya aku masih menitikan air mata karena sebenarnya aku pun ingin kalian kembali. Kebersamaanku dan dia hanyalah sebuah kebersamaan sesaat yang dalam waktu singkat aku menjadi wanita paling bahagia di dunia karena menjadi sandarannya namun keesokannya dia melepasku bahkan tak menganggap rasa ku ada. Aku yang salah karena terlalu jauh memasuki kehidupannya dan mungkin sedikit banyak juga ke dalam kehidupan sang bidadari. Kini, aku hanya menjadi tembok tinggi yang menjadi penghalang. Izinkanku pergi, lelaki manis. Izinmu bukan serupa kata. Untukku, izinmu adalah tak pernah menyapa dan hadir dalam hariku ataupun menghampiri saat kamu sedang lara. Mungkin benar kata bidadari, dia menyayangiku dengan bukti kehadirannya saat ia lara karenamu. Namun tahukah kalian? Berbuat seperti itu hanya menantang diriku sendiri untuk ditancapkan belati.

Apa kalian pernah menyadari bahwa pertemuan kita memiliki arti? Sungguh, bukan sebagai penghancur dan membuat sang bidadari iri yang ingin kulakukan. Kita seperti berada dalam lingkaran api. Jika tidak ada yang menjadi air akan semakin bergesek dan memanas. Biarkan aku yang menjadi air. Sastra, senja, dan penulis itu tentang kita. Banyak hal yang ingin kusampaikan padamu, bidadari. Namun bagaimana aku harus memulainya jika melihatku saja kau menghindar? Bukannya aku yang harusnya melakukan itu? Aku yang seharusnya begitu karena aku tak sanggup bertatap dengan 'rumah' lelaki itu. Bersatu, aku, kamu, dan dia akan menang dan buktikan pada dunia bahwa kita mampu melewati segala pilu.

11 Desember nanti adalah tepat satu tahun yang lalu sebuah pengakuan tentang rasa terulum dari bibirku. Namun, kini aku tahu bahwa aku harus menanggalkan semuanya di sini, pada detik ini juga. Izinkan aku pergi dan menemukan 'rumah', tempat kembali.

Diketik saat lagu akhir rasa ini mengalun indah dan air mata membasahi wajah oleh gadis kecil yang memiliki harapan dapat menanggalkan semuanya dan dapat mengurai kisah baru dalam hidupnya, tanpa laki-laki yang gadis kecil percayai untuk berbagi segala asa, tawa, bahkan lara  yang dimiliki.

12/2/2013, 12:26pm.