Terima kasih ayah untuk bimbingan serta paksaanmu. Walau harus dengan degup jantung yang kencang, kaki yang takut-takut menginjakkan gas, tangan yang kaku, otak yang tak dapat merespon dengan cepat atas perintahmu karena gugup telah hinggap lebih dulu, dan harus memukul-mukul tanganmu agar mau membantuku membelokan stir untuk pertama kalinya. Namun, kau tetap sabar dan percaya aku mampu.
Ini juga tidak terlepas dari kata-kata seseorang bahwa kita harus tenang menghadapi sesuatu dan yakin kau mampu melewatinya.
"Tak ada yang lebih baik selain melawan rasa takutmu. Sesungguhnya, rasa takut yang berkepanjanganlah yang takkan menjadikanmu maju. Rasa takut itu harus kamu lawan, nak". -ayah
Dengan segenap hati, aku mencintaimu, ayah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar