Kamis, 23 Januari 2014

Percakapan di malam yang dingin

Perkenalkan, kami adalah dua orang sahabat yang telah mengenal sejak 11 tahun lalu. Malam dingin itu menjadi saksi perasaan dua orang sahabat kepada orang yang mereka cintai, sayangi, atau sukai? entah. Perasaan yang tumbuh karena intensitas pertemuan dan kebersamaan yang lama-lama membudaya, terbiasa. Perasaan yang juga tidak terbalas atau.......belum terbalas? Ingat, kisah kami sama dengan subjek yang berbeda.


Kami hanya sedang membicarakan bagaimana tentang perasaan yang mulai tumbuh karena terbiasa namun juga harus segera kami hapuskan. Hanya karena responnya yang tak seirama dengan apa yang kita rasa. Mengapa di saat memulai yang baru harus ada luka (lagi)? 

"Kita tak pernah menang dalam setiap kisah. Benar?" tanyaku.
"Ya, kau benar.Tapi perlu kau ingat pula mungkin ini cara Tuhan sebagai peringatan bahwa mereka tidak baik untuk kita."
"Aku memiliki rasa pada orang yang tepat. Ia tidak punya kekasih. Hal apa lagi yang harus diragukan?Alasannya karena profesionalitas, pertemanan, dan yang parahnya karena alasan tidak ingin menyakiti. Bukankah pada nyatanya kita dan lelaki itu saling melengkapi, tepat untuk dijadikan tempat berbagi, dan yang penting adalah rasa nyaman yang lebih."
"Pemikiran setiap orang itu berbeda. Perasaan itu memang benar datangnya pada dia yang tak berkekasih. Tapi status dia tidak akan menentukan dia jatuh cinta atau bahkan nyaman dengan seseorang yang dia anggap benar."

Sahabatku benar. Nyaman bukan satu alasan untuk mencintai orang yang tepat walau sesungguhnya nyaman adalah awal menuju cinta.

"Tapi bagaimana memudarkan rasa itu jika setiap harinya kita selalu berada dalam lingkup yang sama dengannya? Bukankah rasa nyaman justru semakin mendarah daging?" tanyaku.
"Sekali lagi kau benar, tapi semakin kita bersama, juga akan membuat kita tahu bahwa sebenarnya dia tak pantas untuk kita karena selalu menyakitkan hati. Bukankah cinta itu untuk membahagiakanmu?Itu bisa 
terjadi, bukan?"

Kata-kata itu cukup lembut namun perih sehingga mampu membuatku tersadar tak hanya sisi baik yang kita dapat saat bersamanya, namun juga banyak sisi buruk yang mengatakan bahwa ia bukan untuk kita. Tapi juga aku tidak selalu menyalahkan laki-laki itu. Walau rasaku tulus, mungkin memang aku yang tidak sesempurna masa lalunya, tak seperti yang inginkan seperti wanita kecintaannya saat ini. Mungkin juga aku yang tidak pantas untuknya. Banyak kemungkinan lainnya.

Dan untuk kau, laki-laki yang kuperbincangkan. Aku selalu ingin menjagamu dari kerapuhan yang terjadi. Besama, kita saling menguatkan, bukan? Aku selalu ingin berada di sampingmu karena kamu yang dapat membuatku lebih tenang dan kembali tersenyum. Walau melihatmu bercengkrama dengan wanita itu adalah perih yang tak terhingga. Walau mengetahui kau mencintainya adalah luka.

Luka ini menganga hingga aroma rindu menguar untukmu yang telah hapus laraku tapi juga meninggalkan duka. Mengapa masih rindu ketika luka telah kau ciptakan dengan sengaja? entahlah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar